Bireuen – Nasib miris dialami Mutia Dewi dan keluarga kecilnya yang tinggal di Pinto Rimba, Kecamatan Peudada, Bireuen. Bantuan rumah layak huni yang mereka impikan, hingga kini belum terwujud. Sejak bertahun lalu, Mutia bersama suaminya, Alimuddin, dan buah hati mereka harus tinggal di gubuk reyot.
“Beginilah kondisi tempat tinggal kami, hanya gubuk beratap daun rumbia,” tutur Mutia saat disambangi media ini, Minggu (14/1/2024).
Kondisi rumah yang ditempati Mutia dan keluarganya memang sangat memprihatinkan.
Selain beratap daun rumbia yang mulai lapuk, dindingnya juga sebatas tempelan papan dan anyaman nyiur. Sementara pintu rumah hanya ditutupi bentangan kain kusam.
Gubuk tersebut sama sekali tidak memenuhi persyaratan rumah layak huni.
Bangunannya nyaris roboh, luas tidak sesuai standar per orang, serta tidak menyehatkan bagi penghuninya.
Menurut Mutia, sebelumnya pernah ada tim survei rumah layak huni yang mendatanginya.
“Sekitar tiga tahun lalu, ada tim survei yang datang. Mereka mempertanyakan apakah kami memiliki tanah untuk dibangunkan rumah layak huni,” kisahnya.
Kala itu, sebut Mutia, suaminya sempat menunjukkan tanah mereka yang luasnya cukup untuk lokasi pembangunan rumah layak huni.